Friday, December 10, 2010

Hikayat Kekejian


Sebuah kekejian yang paling brutal dan massal berhasil mengantarkan sebuah kata masuk ke dalam kamus sebagai sebuah kata baku. Kata itu, "Gulag", mengingatkan umat manusia kepada abad-20 sebagai zaman yang sangat mematikan, yang di dalamnya jutaan orang terbunuh.

Gulag (singkatan dari Glavnoe upravlenie ispravitelno-trudovykh lagerei), mulai dekade 1930-an, menjadi kamp kerja paksa di mana jutaan orang--lelaki, perempuan, tua maupun muda--yang dituduh sebagai musuh negara dijebloskan. Gulag memainkan peran sentral dalam praktik pemenjaraan dan kerja paksa massal di Sovyet dalam periode kepemimpinan Joseph Stalin. Lebih dari sejuta orang dikirim ke sana, dan sekitar 900 ribu di antaranya meninggal di tempat itu.

Gulag ditulis oleh Solzhenitsyn mulai 1953, beberapa waktu setelah ia dipulangkan dari kamp ini. Ya, Solzhenitsyn sendiri adalah korban Gulag. Apakah ia berkhianat dan menjadi mata-mata sehingga mesti diasingkan? Sama sekali tidak. Ia ditangkap hanya karena pernah berkorespondensi dengan seorang teman sekolahnya. Ironisnya, Solzhenitsyn ditangkap saat menjadi perwira Sovyet yang sedang bertugas untuk misi mengepung tentara Jerman.

Dari proses penangkapan Solzhenitsyn itu, teranglah bahwa Gulag adalah neraka yang bisa menelan siapa saja, kapan saja, dan di mana saja. Jangankan seorang yang nyata-nyata menjadi agen asing, seorang perwira dan bahkan pejabat penting pun bisa saja dijebloskan ke sana. Dengan membaca Gulag, kita jadi tahu betapa Gulag dioperasikan dengan sebuah sistem total, yang menggabungkan semua teknik penangkapan, interogasi dan penyiksaan, dari yang paling halus dan rapi hingga yang paling keji dan merontokkan mental dan fisik sekaligus.

Banyak contoh yang dipaparkan Solzhenitsyn. Pyotor Ivanish mendadak diberi dua tiket untuk berlibur. Dengan kegembiraan yang bukan kepalang, ia dan istrinya berangkat lewat stasiun. Di stasiun, suami-istri itu didatangi seorang yang rapi, kharismatik, dan sopan sembari mengaku sebagai teman lama. Orang itu menyalami istri Ivanish dengan hangat seraya meminta izin untuk mengajak suaminya berbincang barang dua-tiga menit. Sang istri mengiyakan saja dan membiarkan suaminya digandeng pergi... untuk selamanya. Itu semua terjadi di siang bolong, di tengah stasiun yang ramai, tanpa sedikitpun kekerasan dan bentakan. Sedangkan penangkapan N.M. Vorabyev mewakili model penangkapan dengan kekejian. Vorabyev ditangkap ketika sedang menjalani operasi perut. Saat itu juga ia diseret dalam keadaan tidak sadar dan berlumuran darah (lihat hlm. 3-25).

Tahanan dihajar habis-habisan selama berhari-hari atau ditahan berhari-hari tanpa diizinkan tidur, padahal ia duduk di sebuah sofa yang sangat empuk. Jika matanya mengatup, sepatu lars penjaga akan menghajar tulang keringnya. Beberapa tahanan ditelanjangi dan dimasukkan dalam sebuah kotak. Selama berjam-jam, beberapa prajurit mengintip kebugilannya sembari bergunjing dan tertawa cekikikan.

Lewat karya puncaknya ini, Solzhenitsyn berhasil membongkar semua praktik kekejian dan teror yang terjadi di Gulag. Ia berhasil melakukannya bukan semata karena pernah ditahan selama 8 tahun di sana, melainkan juga karena didukung ratusan korespondensi (laporan, surat, testimoni, memoar, catatan harian hingga obrolan sehari-hari) dengan 227 orang eks-Gulag yang sebagian masih disembunyikan identitasnya.

Kendati kaya informasi ihwal kekejian rezim komunis Sovyet, Gulag pada dasarnya diterbitkan bukan untuk membongkar kejahatan politik. Gulag ditulis Solzhenitsyn untuk mengingatkan umat manusia kepada sebuah prinsip moral atau, dalam kata-kata Solzhenitsyn sendiri, "sebuah garis pemisah antara baik dan buruk (yang) melintas di tengah semua hati manusia." Gulag, dengan demikian, bisa dibaca sebagai buku yang kaya dengan dimensi politik yang ditulis dari sudut pandang moral.

Membaca Gulag dari sudut pandang moral berarti menyadari bahwa kekuasaan bisa digunakan dengan penuh kebajikan ataupun sarat kekejian. Tapi, bahkan kekuasaan yang paling keji sekalipun tetap tidak bisa total memadamkan api spiritualitas. Akan banyak orang yang menyerah dan mati, tapi akan selalu ada profil yang teguh dan terus menyala semangatnya. Profil macam ini dihadirkan oleh Solzhenitsyn dengan nama Ivan Denisovich lewat fiksi terbaiknya, Sehari dalam Hidup Ivan Denisovich. Membangkitkan spirit, inilah tujuan yang ingin disasar Solzhenitsyn ketika menulis Gulag.

Awalnya, Gulag terbit dalam tiga volume dengan tebal mencapai 1.800-an halaman. Untuk menjangkau pembaca yang lebih luas, Gulag yang supergemuk dirampingkan oleh Prof. Edward E. Ericson, Jr. Buku ini adalah versi ringkas Gulag tadi, tanpa mengubah struktur dan gaya tulisan aslinya, dan terbit di bawah pengawasan Solzhenitsyn sendiri.

Begitu terbit di luar negeri, khususnya di negeri Blok Barat, Gulag berhasil meruntuhkan kewibawaan Sovyet yang dari luar tampak megah karena berhasil mendongkrak sistem produksi, persenjataan, dan ilmu pengetahuan (Anda ingat Sputnik, kan?). Gulag menjadi, dalam kata-kata George F. Kennan, "Dakwaan terbesar dan paling dahsyat terhadap sebuah rezim politik yang... dipastikan akan memacetkan mesin propaganda Sovyet... dan membuat mesin itu makin lambat bekerja sampai tidak bisa berkutik lagi."

Itu semua adalah pengakuan publik betapa Solzhenitsyn, lewat Gulag, punya andil dalam melempangkan jalan bagi kehancuran Sovyet.